Pendeta Roeroe: Tomohon Komit Merajut Harmoni Antar Umat Beragama

0
568

Penulis: Rikson Karundeng

Tomohon – Komitmen untuk tetap menjaga harmoni antar umat beragama ditegaskan pemerintah kota Tomohon. Hal itu dituturkan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Tomohon, Pendeta Senduk G. A. Roeroe, M.Th., Jumat (22/10/2021).

“Tahun 2022 dicanangkan Presiden Joko Widodo sebagai tahun toleransi. Kebijakan ini direspons positif pemerintah kota Tomohon. Salah satu bukti nyata kepedulian itu, Pak Wali Kota Caroll Joram Azarias Senduka angkat staf khusus bidang kerukunan antar umat beragama. Ini satu-satunya di Indonesia,” kata Pendeta Roeroe yang baru-baru ini dilantik sebagai Staf Khusus Wali Kota Tomohon bidang Kerukunan Antar Umat Beragama.

Sebagai wujud keseriusan pemerintah kota Tomohon merespons kebijakan presiden tersebut, dalam waktu dekat akan dicanangkan Tomohon sebagai kota toleransi.

“Rencana dalam waktu dekat, Tomohon akan dicanangkan sebagai kota toleransi di Indonesia. Ini sementara dipersiapkan. Sedang dimatangkan untuk pencanangannya,” ungkap Roeroe.

Ia menjelaskan, perbedaan agama, bahkan denominasi di kota Tomohon sesungguhnya biasa bagi masyarakat. Apalagi sejak zaman lampau, wilayah di kaki Gunung Lokon ini sudah menjadi pusat pendidikan.

“Tomohon sejak zaman kolonial sudah jadi pusat persekolahan. Banyak sekolah dan perguruan tinggi berdiri di sini. Orang dengan berbagai latar agama dan denominasi selalu datang belajar di sini. Biar sekolah Katolik misalnya, orang-orang dari berbagai macam agama bisa sekolah di situ tanpa masalah. Kita dapat saling menyesuaikan,” terangnya.

Menurut Pendeta Roeroe, masyarakat Tomohon sudah terbiasa hidup dengan keragaman dan perbedaan.

“Kampung Jawa Tomohon yang penduduknya Muslim, eksis karena diterima masyarakat Tomohon. Sejak kehadiran awal tetua mereka di masa kolonial, sudah diterima masyarakat sini. Bahkan kita kawin-mawin dan menjadi keluarga,” tuturnya.

“Vihara-vihara berdiri dengan indah di kota Tomohon. Masyarakat sangat menghargai dan menghormati. Kita bisa tetap memelihara harmoni itu. Baik sekali, karena pemerintah kota Tomohon kini pun sangat serius memperhatikan hal itu,” sambungnya.

Pendeta Roeroe juga menjelaskan, Tomohon telah lama menjadi daerah perdagangan. Itu membuat orang dari berbagai daerah dan latar agama berbeda, datang hingga menetap di Tomohon.

“Tomohon juga pusat perdagangan, makanya sejak lama orang-orang Gorontalo, Jawa, bahkan India, sudah ada dan tinggal mencari kehidupan di sini. Kita tetap harmonis,” ujarnya.

Pengalaman dan kenyataan itu membuat Tomohon selalu jadi tempat studi banding berbagai daerah.

“Daerah kita sering ditetapkan sebagai daerah dengan indeks kota kerukunan tertinggi di Indonesia. Daerah kita dikenal sebagai laboratorium kerukunan. Berbagai daerah, bahkan negara datang belajar soal hubungan antar umat beragama di Tomohon,” terangnya.

Pernyataan Pendeta Roeroe dibenarkan budayawan Sulawesi Utara, Dr. Ivan. R. B. Kaunang, M. Hum. Menurutnya, kultur masyarakat Tomohon sangat mempengaruhi sikap mereka terhadap orang dari luar. Sikap menghormati dan menghargai adalah bagian dari budaya masyarakat.

“Orang Tomohon bagian dari masyarakat Minahasa yang sejak zaman nenek moyang sudah terbiasa dengan perbedaan. Itu mengapa ketika daerah ini menjadi kota pendidikan dan perdagangan, banyak orang dari luar masuk, orang Tomohon tidak terkejut,” kata Kaunang.

“Nilai-nilai budaya untuk menjaga keharmonisan dengan sesama manusia, mahluk hidup lain, alam dan Tuhan, sudah diwariskan sejak dulu. Masyarakat di sini selalu diajarkan untuk berlaku baik dan menjaga harmoni dengan alam dan sesama,” paparnya.

Kaunang menerangkan, kota Tomohon tak pernah kehabisan tokoh kerukunan. Mereka selalu jadi teladan bagi masyarakat.

“Di Tomohon selalu ada tokoh kerukunan, tokoh oikumene. Mereka bahkan berkelas internasional. Misalnya kita pernah miliki Pendeta Profesor Dr. W. A. Roeroe. Dia teladan dan sangat berpengaruh bagi kita hingga kini. Sangat inklusif, tokoh besar yang begitu menghargai dan menghormati umat beragama lain,” ucap Ketua Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Unsrat ini. (Son)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here