Penulis: Hendro Karundeng
INATARA.COM, Tomohon – Optimisme jika Kota Tomohon dipimpin oleh Ir. Miky Junita Linda Wenur, M.A.P., akan mengedepankan keadilan dan kebenaran muncul dari tokoh masyarakat Tomohon, Piet H. K Pungus, S.Pd., yang seorang mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tomohon dan Jack A. Palar, S.E., seorang mantan anggota DPRD Minahasa, saat Tomohon masih bagian dari Kabupaten Minahasa masa itu.
Menurut keduanya, sebagai sosok perempuan yang santun, cerdas, dan merakyat memiliki kemampuan dan sangat menguasai dalam membedah Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), serta tegas dalam membela hak-hak dan kepentingan rakyat.
‘’Saya sudah lama mengenal dan mengetahui siapa dan bagaimana sosok Miky Wenur, isteri anggota DPD RI/MPR RI Ir. Stefanus B. A. N Liow, yang memiliki kecakapan dalam menjalankan tugas-tugas pengawasan, penganggaran dan pemerintahan di Kota Tomohon,’’ kata Pungus.
Pungus dan Miky Wenur sendiri, di periode pertama DPRD Tomohon sama-sama sebagai Wakil ketua DPRD Tomohon, yakni di periode 2004-2009. Keduanya juga sama-sama di periode 2014-2019, yang saat itu Miky Wenur sebagai Ketua DPRD Tomohon dan Wakil Ketua DPRD Tomohon adalah Caroll J. A Senduk, S.H., (Wali Kota saat ini) dan Jouddy Moningka.
‘’Saya kira, wali kota saat ini sudah tahu persis bagaimana kinerja dan kecakapan Miky Wenur dalam memimpin,’’ kata Jack A. Palar.
Terpisah, Adriana Makalew, S.E., pensiunan Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan jabatan terakhir sebagai kepala bidang, mengaku sangat mengenal bagaimana kinerja Miky Wenur. Bukan hanya pensiunan, mereka yang saat ini sebagai ASN, tenaga kontrak, bahkan ada pejabat yang mengakui sosok Miky Wenur.
‘’Kami optimis, di bawah kepemimpinan Miky Wenur jika diperkenankan Tuhan dan dipercayakan masyarakat Tomohon memimpin, tak akan ada lagi ‘pemotongan’ hak-hak ASN untuk kebutuhan seremonial, mengedepankan keadilan, pembayaran insentif tenaga kontrak, kepala lingkungan, kader KB, dan lainnya dibayar tiap bulan dan tanpa ada intimidasi ini dan itu,’’ katanya seraya menambahkan selama ini, untuk bantuan saja berlaku suka dan tidak suka, pendukung atau tidak, sehingga berlaku ketidakadilan.
