BerandaCERITATentang Sakitku & Sampah di Musolah Resting Area

Tentang Sakitku & Sampah di Musolah Resting Area

Penulis: Matt Rey Kartorejo

Duk, Duk, Duk, Duk, Duk”.

Bedug di Masjid Al Multazam Desa Bulawan berbunyi. Suara adzan pun mulai berkumandang. Pertanda waktu sholat Ashar telah tiba.

Saat itu, aku sedang membaringkan tubuhku di kasur berukuran kecil. Hari itu aku sedang tidak enak badan. Di ujung gema adzan yang hampir selesai, aku lantas  bergegas ke belakang. Mengambil air wudhu.

Usai berwudhu, aku merasa tulang belakangku dingin. Kepalaku sedikit pusing. Dalam kelemahan tubuh, aku tetap mencari ridho-Nya. Ia memampukanku, sholat empat rakaat di kamar.

Melihat aku yang kurang sehat, ibu dari anak-anakku mengajakku ke rumah sakit di Desa Ratatotok. Ia berniat memeriksakan kondisi kesehatanku.

“Mari jo torang mo ka Ratatotok. Mo bapriksa, skalian mo ba suntik,” kata Istriku.

Sekitar pukul 15.40 Wita, kami bersiap-siap dan berangkat ke daerah Minahasa Tenggara. Kami turut membawa serta anak kami, Misel. Umurnya masih 8 tahun. Ia kami ajak, sebab ia takut sendirian di rumah.

Sesampainya di Desa Ratatotok, pikiranku berubah. Aku tak mau ke rumah sakit. Akhirnya kami pergi ke Kampung Mangga.

Di sana ada seorang mantri yang terkenal. Ia sudah sangat berpengalaman menangani pasien.

“Selamat Sore”, sapaku.

“Selamat Sore”, jawab si mantri.

Aku pun diizinkan masuk ke ruangannya. Ia langsung melayangkan beberapa pertanyaan kepadaku.

“Ada keluhan apa?. Ada rasa pusing dan batuk ?”

Si mantri mengambil peralatan medis. Ia pun dengan sabar turut mendengar keluhanku.

Darahku di tensi. Tubuhku mulai diperiksa. Menurut hasil pemeriksaannya, darahku tinggi. Aku kemudian diberikan obat dan disuntik.

Tak berselang lama, kami pun berpamitan dan kembali ke Desa Bulawan.

Terjebak Hujan di Perjalanan

Di perjalanan pulang menuju Desa Bulawan, gerombolan awan hitam mulai menyelimuti langit. Sepertinya akan turun hujan.

Di ujung Desa Buyat Selatan, Kecamatan Kotabunan, titik-titik air mulai berjatuhan. Ku Tambah laju motorku, tapi hujan kian deras. Aku terpaksa mencari tempat berlindung. Kulihat ada Resting Area di sebelah kanan jalan. Aku langsung bergegas menuju ke sana.

Foto: Resting Area di Desa Buyat Selatan, Kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 Wita. Namun aku tidak merasa khawatir, sebab jarak antara Desa Buyat – Kotabunan hanya beberapa menit saja. Tidak lama akan sampai di rumah.

Menunggu hujan reda, aku menghabiskan beberapa batang rokok sambil memandangi bangunan Resting Area di Desa Buyat Selatan.

Resting Area Jadi Tempat Sampah

Minggu, 7 Februari 2021 hujan turun begitu deras. Aku dan istri terjebak di Resting Area.

Hari mulai gelap, sementara hujan belum juga reda. Aku terus menikmati rokok di bagian belakang bangunan Resting Area. Sedikit penasaran, aku berjalan berkeliling bangunan. Mataku terus memperhatikan bangunan dibangun sekitar tahun 2012 itu. Kondisinya sangat memprihatinkan.

Foto: Kondisi bangunan Resting Area yang sangat memprihatinkan.

Bangunan yang menelan anggaran ratusan juta rupiah itu, kini sudah tidak lagi difungsikan. Padahal jika difungsikan masyarakat setempat bisa berjualan di situ. Kebersihannya pun bisa terjaga.

Menurut informasi, sejak dibangun, Resting Area tersebut tidak ada sumber air. Warga yang ingin buang hajat di toilet, terpaksa harus mengambil air di sungai tepat di belakang bangunan.

Resting Area ini, masuk wilayah Dusun 1 Buyat Selatan. Kondisi bangunannya, banyak yang retak. Plafonnya sudah banyak yang bolong. Rumput-rumput liar mulai menghiasi dinding-dinding bangunan. Parahnya lagi, bangunan Musollah di sisi kiri Resting Area, sudah jadi tempat sampah. Di dalamnya, banyak sekali sabut kelapa. Dinding-dindingnya pun sudah banyak yang retak.

Foto: Rumput-rumput liar menghiasi bangunan Resting Area Buyat Selatan.

“Sangat disayangkan. Padahal jika difungsikan, bangunan ini bisa menambah pendapatan bagi warga Buyat. Jualan makanan dan air mineral di sini sangat bagus,” ujar salah satu warga Buyat. Ia sepertiku, sedang menghindari hujan. Ia memilih berteduh di samping bangunan Musollah. Setelah beberapa menit berbincang ringan dengannya, aku berpamitan sebab hari mulai gelap.

Butir-butir air masih sangat terasa, ketika kami melanjutkan perjalanan menuju ke Desa Bulawan. (*)

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

KPU PROVINSI SULAWESI UTARA

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

KPU TOMOHON

spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
spot_img

Most Popular

Recent Comments