Penulis: Sunadio Jubair
Tutuyan – Pulau Nenas atau Bombuyanoi adalah salah satu objek wisata yang terletak di Desa Kotabunan Selatan, Kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Pulau ini terkenal dengan keindahan lautnya, pasir putih yang bersih dan pemandangan yang indah.
Sudah banyak wisatawan lokal maupun wisatawan asing yang berkunjung di pulau kebanggaan publik Boltim ini. Pesona yang disungguhkan membuat takjub para pengunjung yang datang. Hingga mereka dibuat melekat dengan kegagahannya.
Selain terkenal dengan keindahannya, Pulau Bombuyanoi juga masih menyimpan berbagai misteri. Banyak peristiwa beraroma mistis yang dialami para wisatawan yang datang berkunjung di pulau berpasir putih alami itu.
Minggu, 31 Mei 2020, bertepatan dengan perayaan Hari Raya Ketupat, halalbihalal, para pengunjung berbondong-bondong merapat ke pulau itu. Saya bersama keluarga tak ketinggalan. Kami meluangkan waktu untuk berkunjung di pulau itu.
Sekitar pukul 10.30 Wita, perahu yang kami tumpangi meluncur ke Pulau Bombuyanoi. Persiapan makanan untuk dihidangan cukup banyak untuk bekal. Pukul 11.00 Wita, saya bersama keluarga sampai di tempat yang kami tuju.
Terlihat para wisatawan sudah mulai memadati pulau itu. Hari spesial benar-benar membuat pengunjung dari berbagai daerah membludak. Pukul 11.00 Wita sampai pukul 13.00 Wita para pelancong yang datang semakin banyak dan terus bertambah.
Keramaian benar-benar tersaji hari itu. Pulau Bombuyanoi penuh sesak. Berbagai hiburan diciptakan pengunjung untuk dinikmati.
Keasikan menikmati keindahan Pulau Nenas, pengunjung tak sadar bahwa hari mulai gelap. Para wisatawan rata-rata baru kembali ke rumah pada pukul 19.00 Wita. Rasanya masih ingin berlama-lama di nusa yang terkenal dengan hamparan pasir putih itu. Tapi gelap memaksa kami untuk segera beranjak.
Ada Warga Dikabarkan Hilang
Kisah menghebohkan terjadi saat Pulau Nenas masih ramai dengan pengunjung. Seorang laki-laki, warga Desa Paret Timur, dikabarkan belum juga pulang hingga pukul 21.00 Wita.
Hal ini membuat resah keluarganya. Beserta warga sekitar, mereka memutuskan untuk pergi ke Pulau Nenas sekitar pukul 22.00 Wita. “Torang so bacari sampe di utang-utang, sampe di ujung pulo mar blum jaga dapa leh pa dia,” (Kami sudah mencarinya sampai di hutan-hutan, sampai di ujung pulau tapi kami belum juga menemuinya) kata salah satu seorang warga yang ikut mencari laki-laki yang dianggap sudah hilang.
Salah seorang dari mereka menelepon orang yang masih di kampung untuk pergi ke tua-tua kampung agar bisa melihat di mana dan bagaimana kondisinya. Apakah sudah meninggal atau masih hidup. Setelah menemui paranormal, akhirnya keluarga mendapatkan jawaban jika orang yang mereka cari masih dalam keadaan selamat.
“Dia ada di blakang pa ngoni, dia masih hidop cuma ada tidor itu” (Dia ada di belakang kalian, dia masih hidup cuman lagi tidur) kata tua-tua kampung yang biasa disapa Papa Ating.
Mendengar perkataan itu, sebagian keluarganya yang masih di kampung ikut ke pulau dengan membawa ‘sosapu lidi’ (sapu lidi) yang diberikan Papa Ating, tua-tua kampung di Desa Paret. Papa Ating menuturkan, jika keluarganya yang akan menemukan lelaki itu.
Sesampainya mereka di Pulau Nenas, pencarian terus dilakukan hingga pukul 03.00 dini hari. Salah satu warga Desa Paret, Isnan yang mendapat tugas untuk membawa sosapu lidi oleh Papa Ating, berjalan ke arah hutan dan langsung menemukan orang yang hilang sedang tertidur di bawah pohon.
Isnan membangunkannya dan orang itupun terkejut kenapa dia bisa tertidur di pulau sendirian. Isnan kemudian memanggil yang lain dan mengatakan bahwa ia sudah menemukan orang yang mereka cari.
Semua terkejut karena tempat itu sudah dilalui mereka tetapi tidak melihat adanya orang yang sedang tidur. Mereka berbincang sedikit dan akhirnya semua pulang kembali ke kampung.
Masyarakat menyebutkan, peristiwa ini memang sudah beberapa kali terjadi. Orang-orang di Desa Paret biasa mengenal kejadian seperti itu dengan istilah “dia ada sambunyi”. Kata ‘dia’ ditujukan untuk penunggu di tempat tersebut.
“Ini memang bukan baru terjadi melainkan sudah pernah ada kejadian sebelumnya. Dan hal seperti ini tidak akan terjadi di semua orang, melainkan hanya akan terjadi pada orang yang mereka (penunggu) sukai,” kata Reyna Modeong.
Orang tua di wilayah Kotabunan biasa berpesan, peristiwa seperti ini mengingatkan agar tetap berhati-hati dalam melakukan wisata. Baik itu wisata pantai maupun gunung. Janganlah memakai hiasan wajah yang berlebih sehingga bisa memicu hal yang tidak diinginkan. (*)