Penulis: Josua Wajong
Tondano – Bangkitkan kesadaran berminahasa lewat nilai-nilai luhur, Waraney Wuaya menggelar sekolah adat papendangan, di Wanua (kampung) Ure (Tua) Lota, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa, Jumat (3/12/2021).
Sekolah adat yang bertajuk ‘Mangere En Amuta Eng Katouan An Dior (Menemukan Akar Masa Depan)’ ini, dimulai dengan upacara adat mahelur, dipimpin langsung oleh Tona’as Rinto Taroreh, yang juga merupakan penggerak Sekolah Adat Waraney Wuaya.
Terpantau, sejumlah masyarakat adat, pemuda adat serta mahasiswa dari berbagai universitas, baik lokal maupun nasional, hadir dengan pakaian-pakaian adat khas Minahasa.
Diketahui pemateri yang nantinya akan terlibat langsung. Tonaas Rinto Taroreh (Pelestari Budaya Minahasa, Parapsikolog), Dr. Ivan R.B. Kaunang, M.Hum (Pakar Cultural Studies, Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Unsrat), Bodewyn Grey Talumewo, S.S (Sejarawan Minahasa), Fredy M.S.B. Wowor, S.S., M.Teol (Inisiator Wale Papendangan Sonder).
Iswan ‘Laloan’ Sual, S.S. (Penghayat Kepercayaan Leluhur Lalang Rondor Malesung – LAROMA), Matulandi Supit, S.H. (Ahli Hukum Adat Minahasa, Pendiri Aliansi Masyarakat Adat Nusantara), Reinard Wewengkang (Entrepreneur, Owner Padies Kimuwu).
Greenhill G. Weol, S.S (Director Mawale Cultural Center), Rikson Ch. Karundeng, M.Teol (Director Komunitas Penulis Muda Minahasa Mapatik), Rafael Wuaya Taroreh (Pemuda Adat Minahasa, Penggerak Waraney Wuaya), Dr. Denni H.R. Pinontoan, M.Teol (Kepala Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur – PUKKAT), Nedine Helena Sulu (Dewan Nasional Aliansi Masyarakat Adat Nusantara). (Jos)